3 contoh ibadah secara ritual
Penulis: Sapari. Kemuhammadiyahan.com. Muhammadiyah sebagai gerakan sosial adalah wujud dakwah Islam yang dilaksanakan sejak awal oleh KH. Ahmad Dahlan. Sedari awal KH. Ahmad Dahlan memilih dakwah Islam dengan mengimplementasikan ayat-ayat Al Qur’an yang mempunyai dimensi sosial. Ayat-ayat tersebut yang utama dan pertama dilaksanakan oleh KH.
PeranPranata Agama. 1. Fungsi ajaran atau aturan. Memberi tujuan atau orientasi sehingga timbul rasa saling hormat antarsesama manusia. agama juga dapat menumbuhkan sikap disiplin, pengendalian diri, dan mengembangkan rasa kepekaan social. tiap-tiap ajaran agama pada dasarnya mengarah ke satu tujuan, yaitu kebaikan. 2.
Sktakmir masjid mushola al ikhlas. Contoh surat permohonan sk pengurus : Bahwa musholla tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah ritual umat islam (mahdah) saja . Sk pengurus masjid dari kepala desa; Keputusan ketua pengadilan negeri kandangan kelas ib. Susunan pengurus masjid doc : Contoh surat permohonan sk pengurus masjid : /s k /l/2 0 1 9.
KumpulanSoal Logika Cpns Pdf. Browse By Category
I IBADAH. A. Definisi ibadah. Kata ibadah berasal dari bahasa arab sudah menjadi bahasa Indonesia yang terpakai dan dipahami secara baik oleh orang-orang yang menggunakan bahasa melayu termasuk Indonesia. Ibadah dalam istilah bahasa Arab diartikan dengan berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan diri.
Site De Rencontre Pour Les Moches En France. Agama Islam merupakan agama yang kāffah, tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya vertical, amalan amalan yang berhubugan dengan ibadah atau sering dikenal dengan istilah aspek ritual, kebutuhan rohani seseorang seperti shalat, puasa, zakat, secara tidak langsung akan mendatangkan ketenangan dan kedamaian dalam tetapi juga mengatur pola hubungan antar sesama manusia Horizontal, atau sering di kenal dengan istilah muamalah aspek social yang menekankan sikap toleran terhadap sesama makhluk, mengatur bagaimana pentingnya berbuat baik dan menempatkan diri pada posisi semestinya dalam berinteraksi dengan sesama,terpenuhinya aspek mu’amalah menjadi sangat penting bukan hanya sebagai pelengkap unsur ubudiyah, akan tetapi karena ia merupakan manifestasi dari kebenaraan ritual ubudiyyah, nilai-nilai yang terserap dari ritual ibadah selanjutnya akan bertransformasi dan bersinergi dengan aktifitas mu’amalah seseorang, yang tercermin dalam sikap yang luhur serta bud...
PENDAHULUAN Sebagai penganut agama islam tentunya kita sudah banyak mengetahui tentang beribadah yang telah disyariatkan dalam islam sendiri. Namun dari kita banyak tidak mengetahui hakikat beribadah. Kita hanya menjalankan apa yang telah disyariatkan islam tanpa berfikir lebih radikal atau berfikir secara lebih dalam lagi hakikat beribadah. Sehingga kita mampu memahami hikmah-hikmah dalam beribadah. Dalam hal ini sesungguhnya Allah memberi amanah kepada kita sebagai manusia yang diciptakan di muka bumi ini yaitu sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini dan amanah itu merupakan sebuah kewajiban. Maka sebagai khalifah di muka bumi kita harus menunaikan kewajiban yang Allah berikan kepada kita yaitu kewajiban beribadah kepadaNya. Macam-macam ibadah khusus adalah salat termasuk di dalamnya taharah sebagai syaratnya, puasa, zakat, dan haji. Adapun ibadah umum atau ibadah ghairu mahdah adalah bentuk hubungan manusia dengan manusia atau manusia dengan alam yang memiliki makna ibadah. Syariat Islam tidak menentukan bentuk dan macam ibadah ini, karena itu apa saja kegiatan seorang muslim dapat bernilai ibadah asalkan kegiatannya bukan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya serta diniatkan karena Allah.
Ritual dikenal dengan istilah “ritus”, dalam bahasa Inggris “rites”, yang berarti segala yang dihubungkan dengan tindakan atau upacara keagamaan. Ritus ini dilakukan untuk mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan, ada untuk menolak bahaya yang telah atau yang akan datang, ada ritual untuk mengobati penyakit, ada upacara karena perubahan atau siklus dalam kehidupan manusia, seperti pernikahan, kehamilan, kelahiran dan sebagainya, ada pula upacara menjelang puasa di bulan Upacara ritual ini dimaksudkan untuk mengontrol, dengan konservatif, perilaku, keadaan hati, perasaan, dan nilai-nilai dalam kelompok secara keseluruhan. 35 Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Gunung Mulia, Jakarta, 1995, hlm. 479-480 36 Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 96-97 Upacara ritual dianggap memuat perubahan keadaan yang mendasar pada manusia, alam dan mengangkat pengalaman baru, yakni pengalaman religi akan yang Ilahi. Suatu perubahan yang dapat memulihkan keseimbangan, melestarikan sistem tradisi dalam kehidupan. Simbol-simbol ritual tidak hanya menunjuk pada individu, kesejahteraan masyarakat, namun juga keberadaan religiusnya. Secara sosial, upacara itu berfungsi untuk menandai, sekaligus berfungsi untuk mengontrol perilaku, perasaan, dan nilai-nilai dalam kelompok secara keseluruhan agar seseorang mempunyai tanggung jawab secara individual, baik dirinya sendiri sebagai individu maupun masyarakat dan secara religius, menampilkan tanggung jawab setiap manusia untuk melestarikan tradisi “Upacara ritual atau ritus dalam agama biasa dikenal dengan ibadah, kebaktian, berdoa, atau sembahyang. Setiap agama mengajarkan berbagai macam ibadah. Kecenderungan agama mengajarkan banyak ibadah dalam kehidupan sehari-hari supaya manusia tidak terlepas dari kontak dengan Tuhannya. Bahkan dalam Islam mengajarkan semua aktivitas manusia hendaknya dijadikan ibadah kepada Allah SWT. seperti yang terdapat dalam Surat Al-Dzariyat ayat 55-56 .َنْوُدُبْعَ يِل َّلاِا َسْنِلإاَو َّنِلجا ُتْقَلَخ اَمَو .َْيِْنِمْؤُمْلا ُعَفْ نَ ت َرْكِّذلا َّنِاَف ْرِّكَذَو ةيرذلا55 -56 “Dan tetaplah memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. 38 37 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hlm. 174-183 38 Yayasan Penyelenggara dan Penterjemah dan Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Pemahaman tentang ibadah agama Katholik itu sendiri berasal dari Alkitab. Ibadah agama Katholik adalah suatu kegiatan khusus atau gaya hidup penganut suatu agama yang dilakukan untuk menyembah Tuhan. Ibadah adalah hal yang sangat umum dan sangat berkaitan erat dengan hidup sehari-hari. Ibadah juga memiliki makna yang sangat luas mengingat bahwa setiap bangsa, suku bangsa, dan agama-agama yang ada mempunyai ritual yang berbeda-beda dalam beribadah. Misalnya dalam agama Katholik, umat Katholik berbondong-bondong pergi ke Gereja pada setiap hari Minggu, bernyanyi, berdoa dan lain-lain. Nilai dari sebuah ibadah terletak pada ritual, antara lain rutinitas dari orang-orang yang melakukan ibadah; kehadiran seseorang dalam ibadah dan kehadiran tersebut mampu merealisasikan kasih Tuhan dalam kehidupan sehari-hari; ibadah menjadi bagian hidup yang utuh dari iman dan tidak Unsur-unsur ibadah umat Katholik secara ringkas akan diuraikan sebagai berikut a. Votum dan salam Dalam ibadah agama Katholik, votum dan salam memuat rumusan ucapan yang di ambil dari Alkitab, misalnya Mazmur 1466 “Dia yang menjadikan langit dan bumi” ataupun di ambil dari ucapan Paulus, misalnya yang terdapat dalam 1Tesalonika 11 “Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.” b. Nash pembimbing. Dalam ibadah, wajib menggunakan nash pembimbing, unsur peribadatan ini juga diambil dari Alkitab sesuai dengan fungsinya, maka nash 39 pembimbing dipilih berdasarkan tema atau isi bagian Alkitab yang dipilih untuk hari itu. c. Hukum Tuhan. Ada beberapa ayat yang sering dipilih dari Alkitab, yaitu Keluaran 201-17 dan di dalam Perjanjian Baru, ayat yang dipilih Markus 12 29-31 d. Pengakuan dosa dan berita anugerah. Unsur pengakuan dosa dan berita anugerah Tuhan adalah unsur-unsur yang selalu berdampingan untuk merefleksikan pengampunan Tuhan yang dialami oleh orang-orang dengan kesungguhan dan rendah hati mengaku dosanya dan memohon pengampunan kepada Tuhan. Ucapan pengakuan dosa bisa dibaca sendiri oleh pemimpin ibadah atau berbalas-balasan dengan jemaat, dan bisa diucapkan dengan nyaring atau setengah suara. Unsur berita anugerah diambil dari Matius 11 28 “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” e. Berkat rasuli. Berkat rasuli sebagai unsur liturgi yang terakhir, rumusan berkat berupa ucapan salam dan berkat yang Paulus ucapkan di dalam surat-suratnya. Didahului oleh ucapan “Terimalah berkat Tuhan” dan diakhiri dengan Roma 16 24 “Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu sekalian. Amin.” 40 Biasanya ibadah umat Katholik lebih didominasi oleh pujian dan penyembahan kepada Tuhan Yang maha Besar, serta diiringi dengan kebaktian-kebaktian guna meningkatkan kualitas rohani umat Herlianto menyebutkan ibadah umat Katholik dengan berbagai macam istilah kumpulan, 40 Weinata Sairin, Persebaran Firman di Sepanjang Zaman, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994, hlm. 108-109 41 pertemuan, ibadah. Istilah resmi dalam literatur theologis ialah “liturgia” yaitu pelayanan untuk kepentingan persekutuan. Perjanjian Baru juga menggunakan istilah liturgia, tetapi dalam arti yang luas yaitu ibadah dalam Bait Allah 28, persembahan jemaat, juga diartikan pelayanan Lebih daripada itu dalam ibadah, terjadi dialog antara Tuhan dan jemaat sebagai umatNya. Tuhan berfirman, memberi, mengampuni dosa-dosa manusia, menjawab ucapan syukur dari jemaat, sedangkan jemaat hanya bisa menerima, mengucap syukur, serta memuji nama-Nya, dan lain-lain. Ibadah umat Katholik selalu diadakan pada hari Minggu, atau disebut dengan hari Tuhan, hari kebangkitan Yesus, hari kemenangan. Ibadah umat Katholik merupakan suatu peristiwa kristologis yang menunjuk kepada Sabat 42 yang bisa membukakan mata batin umat Katholik terhadap kehidupan. Sebab umat Katholik beribadah untuk tidak melakukan perbuatan dosa, kesalahan, dan terutama pemberitaan anugerah, memberikan keberanian dan kekuatan kepada umat Katholik untuk terus hidup. Ibadah yang dilakukan oleh umat Katholik, antara lain doa, pengucapan syukur, pengakuan iman, nyanyian, dan puji-pujian. Umat Katholik merealiasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ibadah tersebut dimulai dari hari Senin sampai Sabtu. Ibadah bukanlah tertuju kepada manusia tetapi kepada Tuhan sebagai Pencipta dan Pemelihara. Lahirnya ibadah didasarkan kepada perintah Tuhan kemudian datang kepadaNya dan bertobat .43 Gambaran ekspresi ibadah dalam agama Katholik dibagi menjadi lima, yakni 1. Proclamation pemberitaan/pernyataan, pemberitaan firman bersifat positif, jelas, dan menarik. Pemberitaan firman banyak dinyanyikan oleh umat dalam 42 Sabat adalah hari ke tujuh, hari istirahat untuk orang Israel dan jatuh pada hari sabtu 43 Abineno, Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm. 213-215 kebaktian. Jadi firman Tuhan langsung ditujukan kepada manusia melalui pujian. 2. Adoration pengagungan ditujukan untuk Tuhan sepenuhnya. Terdiri atas praise pujian “Allah yang kita sembah, perbuatan-Nya besar”, worship penyembahan “Yesus disanjung, Yesus kami puja”. Dasarnya karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Besar dan layak Perlu disadari bahwasanya pujian ini hanya diberikan kepada Tuhan karena keagungan dan kebaikan Tuhan. Keagungan dan kebaikan Tuhan harus dihayati, direnungkan, dipelajari, dan terutama dirayakan dalam ibadah yang secara spontan mengungkapkan rasa kagum dan syukur terhadap keindahan ciptaan dan keindahan alam. Rasa kagum itu berhubungan dengan kepekaan akan keindahan alam untuk melihat karya Tuhan dalam peristiwa penyelamatan, maka dari pada itu diperlukan mata iman. Penglihatan iman itu hanya dalam diri para “Oh Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya namaMu di singgasana bumi, Engkau yang mengatur keagungan di antara surga-surga” Mazmur 846 Pujian tersebut merupakan pujian kepada Tuhan yang telah memberikan tanggung jawab dan martabat kepada manusia atas bumi dan langit untuk mengaturnya agar lebih indah dan 44 Http 18 Desember 2007 45 Wim Van Der Weiden, Mazmur Dalam Ibadat Harian, Kanisius, Yogyakarta, 1991, hlm. 38-41 46 Erich Fromm. Manusia Menjadi Tuhan, Jalasutra, Yogyakarta, 2003, hlm. 288 47 A. S. Hadiwiyata terj dan Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Al-Kitab Perjanjian Lama, Kanisius, Yogyakarta, 2002, 3. Thanks Giving Ucapan syukur kepada Tuhan sepenuhnya karena Dia telah melakukan perbuatan dan pemberkatan bagi umat Katholik, “Kami naikkan syukur, terima kasih oh Tuhanku”. 4. Lamentation Ratapan/keluhan/permohonan. Nyanyian dukacita ini menguraikan tentang keruntuhan rumah Tuhan dan Yerusalem. Tangisan berhubungan dengan pekerjaan Tuhan, do’a, bagi orang lain, dunia, masyarakat, seperti dalam Kitab Ratapan Yesemia, tangisan Yesus untuk Yerusalem “Nyatakan kasihmu di tengah kami . . . . kasih yang menangisi bangsa ini . . . 5. Battle Song Nyanyian perang, nyanyian ini sifatnya menyerang, guna menaklukkan setan, menjauhkan dari belenggu iblis. Nyanyian ini bersifat cepat, semangat ”Dalam nama Yesus ada kemenangan”.48 Ibadah dalam Alkitab memberi tempat bagi umat Katholik agar umat selalu disaksikan, agar terus diperkenalkan, diserap, dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh eksistensi kehidupan dan waktu kehidupan umat menjadi persembahan untuk Tuhan. Ibadah harus menjadi bagian dari iman. Hal ini menyadarkan bahwa menyembah Tuhan adalah tujuan keberadaan umat Katholik yang sesungguhnya, datang dan berasal dari Tuhan. Karena manusia diciptakan dan ditebus untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan Tuhan yang Ritual terbentuk seiring dengan perjalanan sejarah dan mempunyai aneka ciri kebudayaan dari umat yang mewujudkannya. Sebagai contoh roti dan anggur yang dipakai dalam Ekaristi atau Perjamuan 48 Http 18 Desember 2007 49 Tom Kraeuter, Kunci Keberhasilan Pemimpin Pujian dan Musik, Lembaga Literatur Baptis, Bandung, 2005, hlm. 21-22 50 Aneka ragam ritual pada umumnya ditemukan pada liturgi dalam agama Katholik, antara lain pemujaan patung, simbol-simbol, pemakaian dupa, sesaji makanan dan sebagainya, ritus-ritus pengakuan dosa yang penuh penyesalan, doa perorangan atau doa bersama, nyanyian atau himne puji-pujian, membaca atau menyanyikan Alkitab, ritus-ritus pemberkatan, siklus tahunan, hari-hari dan musim-musim suci, drama suci dalam kesempatan tertentu, ritus inisiasi penerimaan, ritus pentahbisan, ritus-ritus yang berkaitan dengan kematian dan rutinitas kehidupan. Masing-masing ritus masih dilakukan oleh umat beragama dan masyarakat primitif dari dahulu hingga sekarang dan yang akan datang .51 Umat Katholik memakai tahun ibadah, disamping tahun masehi. Dalam tahun liturgi, umat Katholik memperingati karya keselamatan Yesus dengan perayaan-perayaan suci pada hari-hari tertentu sepanjang tahun. Selama peredaran tahun liturgi, Gereja memaparkan seluruh misteri Yesus, mulai dari misteri penjelmaan dan kelahiran sampai dengan kenaikan Yesus ke surga, dan kedatangan Roh Kudus serta pengharapan akan kedatangan Yesus kembali. Bila dilihat dari bentuk ibadahnya, sebagai berikut 1 Perayaan/ibadah sakramental. a. Hari Raya, seperti hari raya Natal, penampakan Tuhan atau Epifani, Paskah, Kenaikan Yesus Kristus ke Surga, Tri Tunggal Maha Kudus, kabar sukacita, Semua Orang Kudus, Santa Perawan Wanita Di kandung tanpa Dosa, dan lain-lain. b. Pesta, seperti membaptisan Tuhan, bertaubatnya Santa Paulus, Yesus dipersembahkan di Kanisah, Maria mengunjungi Elisabet, para Malaikat Agung Mikael, dan Rafaiel, pemberkatan basili lateran. 51 Dale Cannon, Enam Cara Beragama, terj. Djam’annuri dan Sahiron, Ditperta Depag RI. dan CIDA-MC Gill, Jakarta, 2002, hlm. 465 c. Peringatan wajib, seperti peringatan para malaikat pelindung, Maria dipersembahkan kepada Allah, Santo Thomas Aquino, Santo Iqnatius Loyola, Santo Fransiskus Asisi, Santa Teresia dari Avila. d. Peringatan Fakultif. Peringatan yang tidak diwajibkan secara umum atau dirayakan pada wilayah atau kelompok tertentu, seperti peringatan Santa Angela Merici, Santa Hilarius, Santa Raimundus dari 2 Ibadah Sabda, bacaan diambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian 3 Ibadah Harian Ibadah yang secara resmi diterapkan sehari-hari oleh Gereja, dimana tidak hanya kaum rohaniawan dan rohaniawati, kaum awam juga ikut serta dalam ibadah pagi atau ibadah sore. Secara garis besar, susunan atau struktur ibadah harian seperti dibawah ini Pembukaan Madah Hymus Bacaan singkat Lagu singkat Kidung Zakaria, Maria, Simeon Do’a permohonan Doa Bapa kami Doa penutup54 4 Ibadah Praliturgis atau ibadah devosional, seperti novena dan doa rosario55 Pada prinsipnya dengan adanya Liturgi, umat Katholik tidak akan mengalami kesulitan dalam beribadah, justru sebaliknya dapat membantu 52 Ibid., hlm. 135 53 Ibid., hlm. 71, 145. 54 Ibid., hlm. 134, 138 55 umat Katholik lebih terfokus dan lebih efektif. Bila terjadi ketidaksesuaian dengan harapan dan Liturgi, pihak gereja akan bertanggung jawab khususnya dalam bidang liturgi. Umat Katholik mengenang kebangkitan Tuhan Yesus sekali dalam sepekan, yaitu pada hari Minggu. Sekali dalam setahun kebangkitan Tuhan bersama sengsaranya itu dirayakan dalam perayaan Paskah. Perayaan paskah adalah hari raya yang paling agung bagi umat Katholik. Demikian pula setiap tahun umat Kristen merayakan hari-hari raya, seperti Natal, Kenaikan Yesus ke Hari Minggu adalah hari wajib bagi umat Katholik untuk berkumpul, terutama bagi orang yang telah berumur 7 tahun ke atas. Pada hari Minggu, umat Katholik mendengarkan kabar gembira Yesus dengan hormat dan khidmat. Barang siapa yang datang terlambat atau mengganggu jalannya ibadah, maka ia berdosa. Umat Katholik harus mengikuti perayaan secara langsung, tidak boleh dengan mendengar radio atau televisi. Hari minggu itu umat Katholik merayakan Ekaristi pemberian syukur, dimana tubuh dan darah Kristus dalam bentuk roti dan anggur, sebagai kelanjutan korban salib misa kudus.57 Jadi, hari minggu adalah hari puncak ibadah, di mana umat Katholik mempersembahkan puji syukurnya, menerima rahmat, kegembiraan dan kekuatan dari Tuhan untuk kehidupannya sehari-hari. Begitu pula dengan hari raya yang lain adalah hari keagamaan hari, yang merupakan hari untuk beristirahat, bukan hari kerja atau hari untuk bersenda gurau. Sejak abad tiga pertama umat Katholik dianjurkan untuk menyucikan hari, dalam kehidupan sehari-hari melalui ibadah. Ibadah yang dihubungkan dengan 56 F. Hartono SJ. op. cit., Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm. 177 57 waktu tertentu, antara lain pagi, siang, sore, sebelum tidur, dan satu ibadah, yaitu ibadah bacaan. Menurut tradisi seluruh Gereja, ibadat pagi dan ibadat sore merupakan dua sendi ibadat harian yang harus dipandang dan dirayakan sebagai dua ibadat yang utama. Kedua ibadat ini merupakan inti dan bagian terpenting dari seluruh ibadat harian karena merangkum seluruh hari dari terbit matahari sampai terbenamnya matahari. Ibadah pagi, adalah gerakan yang pertama kali dilakukan oleh umat Katholik pada pagi hari. Ibadah pagi dimaksudkan supaya hati dan perbuatan disegarkan hanya untuk Tuhan. Hanya nama Tuhanlah yang selalu berada dalam pikiran umat Katholik, sebelum umat Katholik melakukan tugas-tugas. Ibadah pagi dengan sendirinya mengingatkan kepada umat Katholik akan karya keselamatan Tuhan. Oleh karena itu, pada saat ibadah pagi Tuhan menolong umatnya dan membebaskan dari ancaman maut karena umat Katholik percaya bahwa pagi hari Yesus bangkit dari alam maut. Ibadah sore, dirayakan untuk bersyukur atas anugerah yang telah diterima pada hari itu atau atas kebaikan yang telah diperbuat. Dalam rasa tenang dan puas telah menyelesaikan tugas harian, umat Katholik mendekatkan diri kepada Tuhan untuk menyatakan rasa syukur atas karunia dan kebaikan dalam dan melalui karya seseorang. Kerapkali para Bapa Gereja menghubungkan ibadah sore dengan kurban pujian sejati, yaitu kurban Yesus di tiang salib atau dengan perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya. Ibadah pagi dan ibadah sore dilakukan secara bersama dan salah satu dihubungkan dengan Ekaristi harian yang dirayakan pada pagi hari atau pada waktu sore 58 Wim Van Der Weiden, Mazmur dalam Ibadat Harian, Kanisius, Yogyakarta, 1991, hlm. 26-28 Ibadah bacaan berasal dari ibadah pujian dan renungan. Maksud ibadah bacaan ialah memberikan kesempatan kepada umat Katholik, khususnya umat yang mengabdikan diri secara khusus kepada Tuhan, untuk merenungkan Kitab Suci. Pembagian bacaan kitab suci pada masa tertentu, yaitu Kitab Yesaya pada masa Advent, surat kepada orang Ibrani pada masa prapaska, Kitab Yeremia pada pekan suci,59 Kitab Yohanes pada masa Paskah. Bacaan Yohanes merupakan dari peristiwa Ritus Ekaristi berasal dari bahasa Yunani “Eucharistos”, yang berarti ucapan terima kasih atau ritus perjamuan suci merupakan pusat ibadah yang penting dalam kehidupan umat Katholik. Ritus ini dikenal dengan banyak nama Liturgi Suci, Misa, dan Jamuan Untuk mengikuti ritus Ekaristi secara lebih baik maka umat Katholik harus memperhatikan dengan seksama apa yang terjadi di altar. Sebelum Misa di mulai, altar harus sudah diatur seperti meja makan dengan taplak putih. Imam dan dibantu oleh pelayan misa putra altar menyediakan makanan dan minuman diatas altar. Makanan yang dipakai adalah roti tawar kecil-kecil berbentuk bundar, yang dinamakan “hosti”. Minuman yang dipakai adalah anggur yang dituangkan ke dalam Umat Katholik mempersembahkan roti dan anggur karena dalam roti terdapat unsur-unsur tanah, udara, air, dan api yang dipadukan melalui seni dan keahlian penabur biji, penuai, dan tukang roti. Sementara anggur adalah buah dan hasil pengorbanan kerja manusia. Dalam mempersembahkan benda-benda tersebut, umat Katholik bukan saja mempersembahkan hasil bumi, tetapi juga 59 Ibid., hlm. 29. 60 Hendra Igatius A. Samakud, hlm. 144. 61 Dale Cannon, Enam Cara Beragama, terj. Djam’annuri dan Sahiron, Ditperta Depag RI, CIDA, McGill-Project, Jakarta, 2002, hlm. 485 62 kehidupan spiritual, totalitas diri umat Katholik, intelektual, kekurangan-kekurangan jasmani dan lain-lain menjadi bagian dari Yesus Kristus. Perbuatan selanjutnya adalah penyampaian Terima Kasih Agung, Do’a Ekaristi, dan Misa. Do’a Ekaristi berawal dari sebuah perbuatan memuji yang mencapai puncak suci himne “suci, suci, suci, ketika kita menyatukan diri dalam keseluruhan penghuni surga”.63 Segala perbuatan dalam Ekaristi di atas dapat disimpulkan sebagai cerminan pola dari spiritualitas, persembahan, pemberkatan, potensi manusia hanya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan tujuan penebusan, dan mengajarkan umat Katholik untuk saling berbagi, serta umat Katholik dipersiapkan untuk menerima kekuasaan Roh, dicurahkan dalam kesatuan dengan Yesus Kristus Selain Ritus Ekaristi, ada juga ritus-ritus lain yang utama, yang dianugerahkan bagi keselamatan umat Katholik, yaitu Pembaptisan. Ritus Ekaristi dan Pembaptisan melambangkan dan merealisasikan sebuah kehidupan yang suci dan memberi, kemudian disatukan dengan badan Yesus Kristus. Kelima ritus lainnya penguatan, pertobatan, perminyakan bagi orang meninggal, pentahbisan seorang imam, dan perkawinan dianggap sebagai ritus turunan dari ritus Ekaristi dan Pembaptisan tadi. Dari beberapa uraian tentang ritual atau ibadah tersebut dapat diketahui bahwa ritual memiliki hubungan yang erat dengan permasalahan, yaitu pujian, karena ritual atau ibadah sendiri berarti menyembah, memuji, memuliakan dan meninggikan Tuhan melalui Yesus. 63 40
Kolom ini saya buat sebagai semacam “in memoriam” untuk mengenang almarhum Prof. Dr. KH Ali Musthafa Ya'qub 1952 – 2016, mantan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Guru Besar Institut Ilmu Al-Qur'an IIQ Jakarta, tokoh Nahdlatul Ulama, dan seorang ulama pakar Hadis dan Ilmu Hadis yang sangat mumpuni dan langka di Indonesia. Ulama kelahiran Desa Kemiri, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, ini juga seorang penulis produktif khususnya di bidang hukum Islam, tafsir Al-Qur'an, dan tafsir Hadis. Salah satu gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, bernas, dan patut direnungkan secara mendalam oleh umat beragama adalah tentang merosotnya spirit atau etos “ibadah sosial” dan meningkatnya atau maraknya perilaku “ibadah personal” atau “ibadah individual” khususnya di kalangan umat Islam, lebih khusus lagi umat Islam di Indonesia. Menurut Kiai Ali Musthafa yang alumnus Universitas Islam Imam Muhammad Bin Saud dan Universitas King Saud Riyadh, Arab Saudi ini, ada dua kategori ibadah dalam Islam, yaitu 1 ibadah qashirah ibadah individual yang pahala dan manfaatnya hanya dirasakan oleh pelaku ibadah saja dan 2 ibadah muta'addiyah ibadah sosial dimana pahala dan manfaat ibadahnya tidak hanya dirasakah oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh orang lain. Menurut Kiai Ali, contoh “ibadah individual” ini adalah haji, umrah, puasa, salat, dlsb. Sementara contoh “ibadah sosial” adalah menyantuni anak yatim, membantu fakir-miskin, memberi bantuan beasiswa pendidikan, menolong para korban bencana, menggalakkan penanggulangan kemiskinan dan kebodohan, merawat alam dan lingkungan, berbuat baik dan kasih sayang kepada sesama umat dan mahluk ciptaan Tuhan, menghargai orang lain, menghormati kemajemukan, dan masih banyak lagi. Semua itu merupakan bentuk-bentuk ibadah sosial yang memberi manfaat atau kemaslahatan kepada masyarakat banyak. Ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual Islam, menurut Kiai Ali, memberikan prioritas pada “ibadah sosial” ini ketimbang “ibadah individual”. Kiai Ali mengutip sebuah Hadis Qudsi yang diriwayatkan Imam Muslim dimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “Tuhan Allah SWT itu ada—dan dapat ditemui—di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita.” Itulah sebabnya Nabi Muhammad sepanjang hayatnya lebih banyak didedikasikan untuk membela kaum lemah dan tertindas serta melawan keserakahan dan keangkaramurkaan. Beliau lebih banyak menjalankan aneka bentuk ibadah sosial-kemasyarakatan ketimbang ritual-ritual keagamaan yang bersifat personal. Dalam sebuah kaedah fiqih juga dinyatakan “al-muta'addiyah afdhal min al-qashirah” ibadah sosial jauh lebih utama daripada ibadah individual. Prioritas Islam terhadap ibadah sosial daripada ibadah individual ini juga ditegaskan, tersurat, dan tersirat di dalam ribuan ayat-ayat Al-Qur'an yang memberi ruang sangat besar terhadap dimensi-dimensi sosial-kemanusiaan. Aspek-aspek “ritual-ketuhanan” justru mendapat jatah yang sangat sedikit dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Berdasarkan sejumlah fakta dalam Al-Qur'an inilah, ditambah dengan praktik-praktik kenabian, banyak ulama, sarjana, dan pakar Islam yang menyebut Islam sebagai agama pro-kemanusiaan. Pakar kajian Islam dan studi Al-Qur'an seperti mendiang Fazlur Rahman 1919–1988, misalnya, dalam sejumlah karyanya seperti Islam, Prophecy in Islam, atau Major Themes of the Qur'an pernah menegaskan bahwa Islam adalah “agama antroposentris” yang memberi penekanan atau prioritas pada masalah-masalah kemanusiaan universal, dan bukan “agama teosentris” yang berpusat atau bertumpu pada hal-ikhwal yang berkaitan dengan ibadah ritual individual-ketuhanan. Foto privat Terperangkap” ke dalam pernik-pernik “ibadah individual” Meskipun Islam, Al-Qur'an, dan Nabi Muhammad SAW, jelas-jelas memberi ruang yang sangat besar pada masalah-masalah “ritual kemanusiaan” universal; umat Islam, sayangnya, justru lebih sibuk memikirkan dan mempraktikkan aneka “ritual ketuhanan” partikular. Meskipun Islam menegaskan ibadah sosial jauh lebih utama ketimbang ibadah individual, sebagian kaum Muslim malah “terperangkap” ke dalam pernik-pernik “ibadah individual”. Kaum Muslim begitu hiruk-pikuk dan semangat menggelorakan pentingnya haji, salat, puasa, zikir di masjid, dan semacamnya, tetapi melupakan kemiskinan global, kebodohan massal, penderitaan publik, keamburadulan tatanan sosial, kehancuran alam-lingkungan, korupsi akut yang menggerogoti institusi negara dan non-negara, dlsb. Umat Islam begitu bersemangat naik haji berkali-kali atau umrah bolak-balik dan mondar-mandir ke Mekkah dan Madinah, tidak mempedulikan besarnya biaya, tetapi mereka pikun dan tutup mata dengan aneka persoalan sosial-kemanusiaan yang menggunung di depan matanya. Umat Islam sibuk mengejar “kesalehan individual” dengan menghadiri beragam pengajian spiritual tetapi mengabaikan “kesalehan sosial” dan absen menghadiri “pengajian sosial” dengan blusukan ke tempat-tempat kumuh untuk menyambangi umat yang menderita dan kelaparan. Umat Islam rajin menumpuk pahala akhirat bak “pedagang spiritual” tetapi rabun bin pikun dengan problem sosial-kemasyarakatan yang ada di sekelilingnya. Umat Islam begitu sibuk “memikirkan” Tuhan, padahal Tuhan sendiri—seperti ditunjukkan dalam berbagai Firman-Nya dalam Al-Qur'an dan dalam Hadis Qudsi tadi—begitu “sibuk” memikirkan manusia. Saya menyebut fenomena di atas sebagai bentuk keberagamaan yang egoistik atau individualistik yang hanya mementingkan diri-sendiri dan demi mengejar kebahagiaan dan keselamatan dirinya sendiri kelak di alam akhirat, sementara cenderung bersikap masa bodoh atau acuh dengan berbagai kebobrokan, penderitaan, ketimpangan, ketidakadilan, dan kesemrawutan yang menimpa umat manusia di alam dunia ini. Umat Islam “pemburu surga” yang egois-individualis dan “salah jalan” inilah yang menjadi sasaran kritik Kiai Ali Musthafa. Semoga beliau damai di alam baka. Penulis Sumanto al Qurtuby, Staf Pengajar Antropologi Budaya dan Kepala General Studies Scientific Research, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi. squrtuby Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
3 contoh ibadah secara ritual